KOMPENSASI :Jalanan rusak dan berdebu yang selama ini dikeluhkan warga di Kecamatan Banyakan (M. Isnan)

KEDIRI | duta.co — Meski sudah lama beroperasi, ternyata hanya satu galian yang selama ini memberikan kompensasi kepada warga. Namun itupun, jumlahnya jauh dari dampak dirasakan warga yang setiap hari terdampak debu serta jalan yang rusak.

Berdasarkan penelurusan di lapangan, ternyata sebagian besar warga tidak mengetahui bila mendapatkan uang kompensasi dari para pengusaha tambang. Namun di sisi lain, para tokoh masyarakat mengaku kebingungan dengan besaran bantuan kompensasi yang diberikan, karena tidak sebanding dengan kerusakan atau dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Ditemui di rumahnya, Kamis (3/4), Ketua Rukun Warga (RW) 01 Dusun Ngesong Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri, Sukari bercerita soal itu. Dia mengaku menerima dana kompensasi atau tali asih. Diberikan salah satu penambang galian C, yaitu milik Darpo, dana tersebut sebesar RP 230 ribu pertahun, itupun dilakukan tahun kemarin.

“Pihak penambang memberikan dana kompensasi sebesar RP 116 juta untuk kas Dusun Ngesong dan RP 230 ribu untuk dibagikan setiap rumah per-tahun, itupun hanya yang berada di pinggir jalan dan terkena imbas karena lalu lalang  truk penambang. Untuk tahun 2018 ini, warga sama sekali belum menerima dana tali asih,“ jelas Sukari.

Pernyataan ini jelas membantah keterangan disampaikan Agus Edi Saputra, perwakilan dari ketiga CV mengaku telah menyetorkan uang sebesar Rp 239 juta pada tahun ini atas kompensasi kepada warga. Ditemui usai pertemuan di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri, Agus mengaku bahwa uang tersebut telah diserahkan dan pihaknya juga melakukan perbaikan fisik berupa jalan.

Sementara Asmuni, salah satu pemilik usaha pertambangan di Dusun Lebak Desa Tiron Kecamatan Banyakan, mengakui bila dirinya tidak memberikan kompensasi kepada masyarakat. Pihaknya hanya menyuplai pembenahan dan penyiraman jalan. Ia berdalih tambang yang dimilikinya saat ini minus keuntungan.

“Kalau kompensasi dari tambang kami memang tidak ada. Yang punya saya itu kan di Bulak ya, jadi jauh dari pemukiman warga. Yang memberi kompensasi ya hanya miliknya Pak Darpo yang ada di ujung sana itu,” ujarnya.

Alasan tak memberi kompensasi itu, ia mengaku usaha tambang yang dimilikinya sudah minim hasil. Menurutnya, penghasilan yang diperoleh perusahaannya bahkan minus. “Kalau boleh jujur, hasil dari tembang kami malah minus. Jika berjalan normal, mungkin 3 bulan lagi tambang milik kami ini sudah tidak lagi beroperasi,” katanya saat ditemui di salah satu bengkel milik warga.

Sementara itu, salah satu warga RT 01 RW 01 Dusun Ngesong mengaku tidak cukup dengan kompensasi yang diberikan untuk ganti rugi. “Kalau diperhitungkan pasti tidak cukup, dengan dana sekecil itu dalam satu tahun. Bayangkan saja RP 230 ribu untuk bersihkan debu dan benahi rumah yang retak akibat getaran truk yang lewat. Ya pasti tidak cukup,” tutur salah satu warga. (ian/nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry