Edi Pujo Basuki, MPd – Dosen FKIP

New normal sekolah adalah sebuah jargon baru yang dimunculkan di masa pandemi Covid-19 ini. Sebuah wacana baru untuk sebuah kegiatan belajar mengajar yang selama dilaksanakan di rumah secara daring akan kembali ke sekolah seperti biasa pada 15 Juni mendatang.

Awal babak new normal bagi sekolah – sekolah tentu saja harus mematuhi protokol kesehatan yang ditentukan pemerintah serta dinas pendidikan.

Untuk mengadaptasi protokol wajib tersebut tentu saja pihak sekolah harus bekerja keras agar mengupayakan suatu sistem atau teknis sehingga terbentuk suatu atmosphere otomatis agar bisa meminimalisir risiko human error yang terjadi di lapangan.

Dan meminimalkan terkurasnya tenaga teknis di lapangan. Karena tenaga teknis di lapangan – bisa guru, sekuriti, bahkan siswa OSIS- juga manusia yang bisa lebih besar risiko karena berada di garda terdepan pelaksanaan protokal kesehatan tersebut.

Adapun adaptasi protokol yang penulis munculkan di sini adalah ide-ide sporadis, yang dimunculkan secara brain storming  yang tentu belum bisa dibuktikan keefektifan maksimal di lapangan.

Pertama yaitu pemenuhan protokol pertama, yaitu menjaga kebersihan tangan. Di pintu gerbang sekolah dan pintu tiap area besar dibuat gerbang sterilasi otomatis. Sehingga meminimalkan kemungkinan menempelnya virus covid-19.

Yang kedua penyediaan timba dan sabun di area – area sosial yang besar kemungkinan berkumpulnya siswa. Dan tiap siswa membawa hand sanitizer mandiri dan bila dari keluarga tidak mampu bisa diberi oleh pihak sekolah secara gratis.

Dan bagi yang lupa, bisa membeli di koperasi, di mana koperasi ini mensuplai penyediaan alat kesehatan. Begitu juga pengadaan masker, memenuhi protokol nomor empat diatas, secara mandiri memakai masker dari rumah dengan jumlah secukupnya. Bila tidak mampu atau lupa bisa dibantu pihak sekolah.

Memenuhi protokol kelima  yakni menjaga jarak. Untuk siswa yang memasuki kelas, dibuatlah shift hybrid. Bila jumlah siswa di kelas adalah 40. Yang wajib masuk adalah yang 20.

Pembagian siswa yang masuk bisa berdasar dari absen genap ganjil. Yang separuh 20 lainnya bisa melalui daring. Sehingga dengan shift tersebut, dipastikan ada space antar anak. Dan diatur sedemikian rupa agar jarak terjaga.

Untuk teknis penanganan anak yang tiba –tiba sakit, disesuaikan menurut level sakit si anak, bila ringan dibuatlah ruang isolasi tersendiri di dalam kelas, atau di luar kelas. Begitu juga level sakit menengah, siswa diperkenankan istirahat di UKS berdasar protokol kesehatan.

Apabila berat, sekolah mempunyai teknis protokol sendiri yang sigap menghubungi puskesmas terdekat atau mempunyai kendaraan sendiri sehingga penanganan siswa tiba – tiba sesak dan terjatuh bisa tertangani dengan cepat dan tidak terlambat.

Sedangkan dari pihak keluarga, melaksanakan protokol pengawasan dan tes kesehatan mandiri di rumah sehingga kesehatan anak bisa terpantau setiap hari.

Menjaga kesehatan, sebagai protokol ketujuh yakni tiap pukul 10.00 siswa-siswa diajak untuk berjemur di terik matahari pagi di lapangan, dengan menjaga jarak yang tepat. Bila tidak mencukupi, bisa dilaksanakan di area luas lainnya. Tiap hari secara rutin diadakan makan buah-buahan, sayuran dan makanan bergizi lainnya, dengan menjaga jarak yang tepat.

Dan tentunya hal ini tidak murah, sehingga perlu diadakan swasembada sendiri melalui bantuan pihak kesehatan, swasta, sekolah dan pihak keluarga. Perlunya asupan makanan bergizi ini untuk meningkatkan imun tiap siswa sehingga tidak menjadi ODP atau OTG. Yang tentu berbahaya bagi keluarga yang sedang isolasi mandiri di rumah.

Di dalam kelas, guru membuat RPP atau lesson plan yang cermat, singkat namun mengena untuk mencegah kelelahan dan paparan virus yang lebih intens. Sehingga pola belajar mengajar tentu berbeda dengan biasanya. Beberapa media pembelajaran juga disiapkan lebih cermat dan taktis agar tidak bertele-tele yang tentunya menghabiskan durasi waktu yang banyak.

Pembuat RPP yang bersahabat dengan protokol kesehatan tersebut, dibuat singkat karena jam pulang dipercepat. Dan dipastikan siswa langsung pulang dengan cara adanya teknis komunikasi yang cermat antara pihak sekolah dan pihak keluarga. Penggunaaan media sosial yang populer yaitu grup Whatsap bisa digunakan lebih maksimal untuk kegiatan pemantauan siswa tidak keluyuran. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry