H Tjetjep Muhammad Yasin, Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Jika benar, catatan Imam  Buhori, salah seorang kader NU,  yang menyebar di media sosial nahdliyin, akan menjadi lonceng ‘bahaya’ bagi Nahdlatul Ulama (NU). Tulisan bertajuk ‘Kibaran Bendera Israel dan Palestina di Muktamar NU Lampung’, itu juga menyebut isu perihal rencana kucuran ‘gizi’ dari Israel. Lho?

“Sangat memprihatinkan. Meski itu sekedar isu, setidaknya ini menunjukkan, bahwa, ada oknum-oknum NU yang sengaja atau tidak, merusak akhlaq jamiyah. Mereka seenaknya bergerak atas nama NU. Padahal, ujungnya, bisa jadi hanya kepentingan pribadi,” demikian H Tjetjep Muhammad Yasin, Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) kepada duta.co, Senin (18/10/21).

Menurut Gus Yasin, panggilan akrabnya, soal Israel dan Palestina, sikap PBNU sudah jelas, sama dengan sikap negara (Indonesia red.). Tidak akan pernah mengakui Israel. Apalagi sampai menjalin hubungan diplomatik. “Tetapi, seperti kita saksikan, ada kader NU yang nylonong ke sana. Alasannya meneruskan misi Gus Dur. Lha, apa dia sudah merasa sehebat Gus Dur,” tanya alumni PP Tibuireng, Jombang ini.

Catatan Imam  Buhori sendiri semakin vulgar, soal siapa pro Isael dan Palestina. Ia tak segan-segan menyebut nama. “Pelaksanaan muktamar ini ngeri-ngeri sedap karena bukan hanya diselenggarakan masih dalam  suasana Pandemi covid  yang masih menghantui kita, tetapi juga diwarnai dengan ‘isu’ rencana kecuran ‘gizi’ dari Israel. Apakah Covid 19 ini sudah benar-benar pergi atau cuma surut ngatur strategi untuk kemudian menyerang kembali,” tulisnya.

Mendekati hari H pelaksanaan  muktamar, lanjut Imron, beredar isu-isu bermunculan. Ada dua kandidat Ketua Umum Tanfidiyah  Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang sudah  menyatakan siap maju. Dua kandidat itu pertama Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj  yang menjabat sebagai Ketua Umum Tanfidiyah   PBNU dan KH. Yahya Cholil Staquf yang menjabat Katib Aam.

“Kabarnya kedua candidat itu sama sama kuat. Sama sama punya pendukung, sama sama punya program yang tepat untuk Nahdlatul Ulama 5 (lima) tahun ke depan,” terangnya.

Ia kemudian mengurainya. Dari isu pertama yang menyebar di media, Yahya Staquf punya kedekatan dengan  Israel. Karena pernah ke  Israel dan bertemu dengan Pimpinan Israel.  “Kalau  Yahya jadi Ketua Umum  PBNU kabarnya akan membuka  hubungan dengan Israel,” prediksinya.

Padahal, terusnya, “Seperti yang kita tau, Israel adalah musuh bebuyutan  masyarakat muslim Indonesia, termasuk musuh masyarakat NU. Apakah warga NU bisa menerima? Sementara K.H. Abdurraham Wahid atau Gus Dur yang ulung dalam berpolitik  pernah melontarkan gagasan ini ditolak mentah-mentah oleh masyarakat Indonesia. Bahkan Gus Dur sempat dikatakan oleh lawan politiknya antek Zionis.”

Imron lebih condong ke Kiai SAS. “Kiai Said tetap konsisten memperjuangkan  kemerdekaan Rakyat Palestina seperti ditegaskan dalam konfrensi pers bersama duta besar Palestina. Menurut kiai Said,  Palestina yang pertama kali mengakui Indonesia merdeka, maka sudah selayaknya Indonesia juga mengupayakan Palestina merdeka,” jelasnya.

Kucuran ‘Gizi’

Tak kalah seru, Imron juga mengungkap isu kedua. “Isu kedua kabarnya dari GP Ansor, yang  sudah meminta Kiai Said untuk tidak mencalonkan lagi sebagai Ketua Umum dengan alasan agar terjadi regenerasi di tubuh PBNU berjalan,” tebaknya.

“Permintaan Ansor ini ambifalen dengan wacana presiden tiga periode. Pernyataan regenerasi ini akan merembet kepada wacana presiden tiga periode, meskipun terlalu dini kalau dikaitkan dengan wacana jabatan Presiden tiga periode, hal ini  bisa dipelintir GP Ansor seolah olah tidak setuju dengan presiden tiga periode,” jelasnya.

Bahkan Imron menyebut, secara internal, permintaan  GP Ansor ini kalau benar, sangat tidak etis dan suhul adab. Sebab dari muktamar ke muktamar belum ada  seseorang atau Banom NU meminta  Kiai mundur dalam pencalonan hanya karena  umur dan periodeisasi kepemimpinan.

“Terlebih lagi memang tidak ada ketentuan dalam AD/ART NU yang membatasi hal itu. Ini sebenarnya hanya akal-akalan Pucuk Pimpinan GP Ansor yang notaben adalah adik kandung Yahya C  Staquf yang merupakan salah satu dari kandidat Ketua Umum PBNU,” begitu Imron Buhori.

Menurutnya, GP Ansor sudah terlibat terlalu jauh untuk melakukan politik belah bambu (satu terinjak yang satu terangkat).  Semestinya sebagai Banom NU, GP Ansor seharusnya netral, tidak larut dalan dukung mendukung, karena toh tidak punya hak suara  dalam muktamar ini.

“Jadi sebenarnya gerakan  regenerasi  itu secara implisit merupakan upaya  untuk menjegal kiai Said mencalonkan kembali,” simpulnya sambil menyertakan aspek historis dari muktamar ke muktamar.

Sekedar tahu, Imron Buhori sendiri menyebut sebagai Pengurus PB PMII periode 1991-1994, Pengurus PP GP Ansor periode 2000-2005 dan 2005-2010. Duta.co belum berhasil menghubungi dia.  “Ya, saya paham dia. In syaa Allah benar, itu tulisan dia. Kalau tidak salah domisilinya sekarang di Depok,” jelas sumber duta.co.

Membaca catatan Imron Buhori, Gus Yasin mengaku sangat prihatin. “Lagi-lagi kucuran ‘gizi’ menjadi ancaman serius. Masalahnya, bagaimana cara menanggulanginya? Inilah yang sejak dulu menjadi pesan serius almaghfurlah Gus Solah (KH Salahuddin Wahid),” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry