SURABAYA | duta.co – KH Luthfi Bashori, Pengasuh Ponpes Ribath Al Murtadla Al Islami, Singosari, Malang mengaku prihatin menyaksikan ‘pertikaian’ elit PBNU yang jebol ke ranah publik. Lebih mengerikan lagi, ada aksi demo Rois Aam PBNU yang berujung saling kecam.

“Sedikitnya, dua hal membuat saya prihatin kali ini. Pertama,  viralnya video kecaman terhadap Rois Aam PBNU. Ini datang dari pro Ketua Umum PBNU. Tidak lama ada kecaman balasan berupa ultimatum tertulis. Viral juga di medsos. Isinya agar pengecam Rois Aam bertobat, minta maaf. Jika tidak, berhadapan dengan kelompok pro Rois Aam,” demikian Gus Luthfi, panggilan akrab KH Luthfi Bashori bercerita kepada duta.co, Selasa (30/11/21).

Kedua, lanjutnya, secara spontan, saya mendapat pertanyaan dari beberapa kalangan masyarakat awam: Apakah saat ini NU sedang dalam keadaan baik-baik saja? Atau sedang gaduh di internal?  “Pertanyaan ini sulit saya jawab, tetapi, sulit juga saya hindari. Mengapa? Karena saling kecam dalam video itu sudah berbuah saling ultimatum. Keduanya juga sama-sama viral di dunia maya,” terangnya.

Cukup? Belum. “Ada lagi video Gus Ipul di akun-akun medsos. Isinya berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dalam kegaduhan pra muktamar NU. Alih-alih umat paham, justru semakin menguak betapa nyata keributan di internal PBNU akibat perebutan jabatan struktural tersebut,” jelasnya.

Masalahnya sepele. Hanya soal waktu muktamar yang selisih jaraknya, tidak lama. “Tetapi, terbaca dengan jelas oleh awam, bahwa Rois Aam menghendaki Muktamar NU maju, dengan berbagai alasan. Sedangkan Ketua Umum Tanfidziyah menghendaki mundur, juga dengan alasan,” katanya heran.

Runtuhnya Marwah Jamiyah

“Dulu, saya pernah menyikapi secara tertulis suatu kejadian yang menurut saya sebagai ‘huru-hara’ di dalam tubuh NU. Tapi justri dikritik salah satu anggota jajaran Rois Aam kala itu. Katanya: Jangan di depan publik, datangilah secara baik-baik, adakan tabayun terlebih dahulu sebelum menjustifikasi suatu kejadian,” begitu pesannya.

Tetapi, jelasnya, mana budaya tabayun itu sekarang? “Dengan kejadian saling ancam antarkubu pro Rois Aam dan pro Ketum dan viral di medsos, saya jadi paham bahwa budaya tabayun dalam tubuh NU  sudah luntur, terutama di masa pra Muktamar NU saat ini. Terlebih budaya bertawadhu’,” terangnya.

Kini, jelas putra almaghfurlah KH Bashori Alwi itu,  yang terkesan juga kebiasaan baru, saling mengancam, seperti video kelompok yang mengaku santri namun berani mendemo Rois Aam. Lalu,  viralnya surat dengan kop surat dari GP Ansor yang mengultimatum ketua umum.

Masih menurut Gus luthfi, ini adalah puncak degradasi moral di PBNU. Semua sudah diawali dengan pembiaran-pembiaran barang munkar. Sekarang. betapa banyak pergeseran nilai moral dan akhlaq yang terjadi di kalangan nahdliyin.

“Menangis rasanya, ketika banyak video viral tentang adanya peringatan Maulid Nabi SAW di beberapa pesantren milik tokoh NU. Bahkan ada yang di kantor NU dan Banomnya dengan selingan acara joget-joget, mengundang penyanyi wanita koplo. Semua diam, bergaya bisu,” tuturnya.

Pesan Mbah Hasyim

Padahal dalam kitab at-Tanbîhâtal-Wâjibâtli Man Yashna’ Maulid Bial-Munkarât, karya KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, beliau telah memberi catatan kritis bagi orang-orang yang mengisi perayaan Maulid yang sangat mulia itu dengan kemunkaran.

Baca pesan Mbah Hasyim dalam at-Tanbîhâtal-Wâjibât li Man Yashna’ Maulid Bial-Munkarât, halaman 9-10. Terjemahannya sbb:

Saya pernah melihat pada malam Senin tanggal 25 Rabi’ ul-Awwal 1355 H di salah satu pesantren, sekumpulan santri yang mengadakan kumpulan dengan nama peringatan maulid.

Di situ mereka menghadirkan alat-alat musik. Lalu, mereka membaca beberapa ayat Al-Qur’an, riwayat tentang perjalanan kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang penuh dengan keberkahan dari awal lahir dan sesudahnya.

Setelah itu, mereka pun mengadakan kemungkaran, yaitu dengan menyelenggarakan permainan adu pukul yang mereka sebut pencak dan boxing, sambil memukul-mukul rebab.

Acara itu pun dihadiri para perempuan yang juga menyaksikan pagelaran itu. Bukan itu saja, acara maulid itu pun diramaikan dengan musik, permainan setrik dan permain yang menyerupai perjudian.

Laki-laki dan perempuan bercampur baur, berjoget dan larut dalam canda tawa serta diiringi suara keras dan teriakan-teriakan di dalam masjid dan sekitarnya.

Melihat itu, saya larang mereka dan saya menolak tegas kegiatan itu. Mereka pun berpisah dan bubar.”

Jadi? “Kekhawatiran Sang Ulama Shalih, Kekasih Allah, Pendiri NU ini, sekarang semakin menjadi-jadi. Karena ada kesengajaan, pembiaran dari pihak tertentu, lalu sengaja mereka viralkan di medsos dan jejaknya cukup mudah terakses semua kalangan. Astaghfirullah! Semoga Allah swt menegakkan kembali marwah jamiyah NU,” pungkas Alumni Ma’had Sayyid Muhammad Alwi Al Maliki di Makkah Al Mukarramah. (mky)