Stan kios koran pasangan suami istri yang masih bertahan jual koran di jalan Jenggolo depan Pusdik Sabhara Porong, Senin (23/5/22). (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Enam puluh tiga tahun bergemul dengan informasi, khususnya media cetak, menjadikan kakek sembilan cucu ini bisa membesarkan empat putra putrinya. Eko Santoso (74), penjual koran dan majalah serta tabloid di jalan Jenggolo Porong, tempatnya depan Pusdik Sabhara bertahan walau bersaing dengan Handphone.

Mencari penghasilan bisa dari apapun, yang penting bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini bahkan sampai puluhan tahun masih ditekuni Eko Santoso.

Kepada duta.co, Senin, (23/5/22), Eko Santoso warga Sawahan, RT 3 Kecamatan Porong menceritakan, awalnya ia jualan koran keliling. Saat dulu hanya koran Dinamika, Terompet Masyarakat, Merdeka, Obor Revolusi, dan koran berita Mingguan, namun sekarang sudah tidak ada semua. “Semua itu saya lakukan sejak sekolah SD Kelas 5 sampai sekarang sekarang,” ujarnya.

“Sudah 63 tahun jualan koran dan lain-lain, dulu di halte bus seberang tahun 1963, pindah disini (sampai sekarang), tahun 1978 di jl. Jenggolo Porong depan Pusdik Sabhara,agen koran paling lama mas. Kami berdua (bersama istri) mas yang jaga kios ini,” ungkap Eko Santoso.

“Anak saya lima, kantun setunggal sedoyoh sampun kromo (semua sudah menikah, tinggal satu mas yang belum menikah). Ya dari dulu kami jualan semua jenis koran dan tabloid juga segala jenis koran dan majalah,” jelas kakek kelahiran 74 tahun silam itu.

Senada, istri Eko, Bu Rhodiyah (57), menambahkan, “saya sambi julanan gorengan, kalau tidak gitu tidak nutut untuk kehidupan dan dapur. Kulo bukak jam gangsal injing, sami kios koran nggeh, jagi ngggeh kale bapake. (Saya buka jam lima pagi,sama kios koran juga,dan yang jaga saya sama bapak (suami) berdua jaganya sampai tutup jam setengah dua siang,” terang Bu Rhodiyah.

Kakek dan nenek yang sudah memiliki 9 cucu perempuan dan laki-laki ini mengatakan, saat ini ia menjual koran Jawa Pos, Radar, Duta Masyarakat, Harian Bangsa, dan Memorandum, juga Tabloid Nyata, Bola, Nova dan masih banyak lagi. “Kalau tidak habis dikembalikan, jadi totalan bayar yang laku mas,yang tidak laku di-return (dikembalikan),” paparnya.

“Tidak nutut sekarang, karena semua sudah kalah sama HP. Omset penjualan sehari 200 ribu mas tiap hari ya dari koran, apalagi sekarang semua koran maupun tabloid sudah kalah sama HP,” terang Eko dibenarkan istrinya.

Berharap Bantuan Pemerintah

Bu Rhodiyah juga mengatakan,  ia tidak pernah mendapat bantuan sama sekali baik PKH, BLT, dan lain sebagainya. Bahkan sudah pernah di foto pun ia tidak tau dari mana dan tidak pernah dapat bantuan sama sekali.

“Makanya saya sambi jualan gorengan komplit jajan kuno,ada serawut,jemblem,ote-ote tahu isi, pohong goreng, lento, telo, pohong dan godho tape dan lain-lain mas,” terang Bu Rhodiyah.

Kepada Pemdes dan Forkopimka, dirinya berharap bantuan untuk modal dan biaya hidup. “Sudah pernah mengajukan berkali-kali tidak pernah ada ada kabarnya,” pungkas Bu Rhodiyah istri pak Eko.

Sementara, Wawan yang kerap kali beli koran Duta Masyarakat mengatakan, “Saya kalau pas tidak beli disini ya di kota. Saya liat yang jaga sudah sepuh dan harapannya kalau bisa pemilik media maupun orang kantor (redaksi) bisa ada sedikit rezeki yang bisa diberikan kepada pak Eko dan istrinya karena sangat membantu dengan menjual dan memasarkan koran (jaga kios koran). Untuk pemerintah Kabupaten maupun Kecamatan, bahkan Pemdes bisa mengupayakan bantuan yang ada saat ini,” pungkas Wawan. (loe)